TEMPO.CO, Surabaya - Kesimpulan yang diberikan akhir pekan lalu tak mengakhiri penelitian di Situs Kumitir, situs arkeologi terbesar di Mojokerto, Jawa Timur. Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho, mengatakan ekskavasi situs yang mengungkap keberadaan puri atau istana peninggalan masa Kerajaan Majapahit itu bakal segera dilanjutkan lagi.
Menurut dia, Balai mendapat suntikan dana dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur untuk melanjutkan penggalian. Wicaksono yang juga ketua tim ekskavasi di situs itu tak perlu menunggu anggaran dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun depan seperti rencana semula.
"Kami mendapat dukungan dari Dinas dan DPRD Jawa Timur untuk meneruskan ekskavasi tahun ini. Kalau tidak ada kendala, Oktober ini kami memulai lagi,” kata Wicaksono saat dihubungi, Selasa, 15 September 2020.
Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur Zakaria Kasimin membenarkannya. Dia menerangkan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengeluarkan anggaran Rp 1 miliar untuk ekskavasi di dua tempat, yaitu Situs Kumitir dan Situs Sumberbeji di Jombang. “Rinciannya, Rp 800 juta untuk Kumitir, Rp 200 juta untuk Sumberbeji,” kata Zakaria.
Ekskavasi situs di kebun tebu di Desa Kumitir, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Agustus 2020. Di situs seluas total enam hektare itu diduga terkubur candi pendharmaan atau makam satu raja dari era Kerajaan Singasari dan Majapahit. FOTO/BPCB JAWA TIMUR
Untuk Situs Kumitir, kata dia, konsentrasi penggalian bakal diarahkan ke sisi selatan. Sebab, pada ekskavasi lalu, batas-batas bekas bangunan yang diduga Istana Bhre Wengker dan pendarmaan Mahesa Cempaka di sisi barat, timur dan utara--seperti temuan yang telah dituturkan pada akhir pekan lalu--sudah dipetakan.
“Tapi ekskavasi tahap pertama itu baru menguak 30 persen dari situs seluas enam hektare ini, langkah selanjutnya adalah ke sisi selatan,” kata Zakaria.